Kalau sedang merenung sendirian, apa, sih, yang Anda ingat dari masa kecil Anda? Lalu, apa juga yang Anda ingin diingat oleh anak-anak Anda dari masa kecilnya?

Sarah Rasmi, Ph.D., psikolog dari American University of Sarjah, Uni Emirat Arab, mengatakan bahwa salah satu pengalaman paling berkesan yang mungkin diingat anak-anak pada masa dewasa adalah liburan bersama keluarga. Akan tetapi, yang dimaksud dengan berlibur bukan berarti harus dengan anggaran besar dan dengan lokasi tujuan yang spektakuler seperti ke Disneyland, harus keluar negeri, maupun menginap di tempat yang mewah.

Salah satu hal terbaik dari liburan adalah kesempatan untuk benar-benar terhubung dengan keluarga. Membawa anak-anak melakukan perjalanan di sepanjang jalur pantai, bermalam di desa kelahiran keluarga besar Anda, atau membawa mereka berkemah di gunung adalah salah satu cara memberi mereka hadiah besar berupa pengalaman yang tak terlupakan.

Sarah melanjutkan bahwa hadiah berupa pengalaman tersebut dapat membuat anak-anak lebih bahagia daripada hadiah berupa benda. Di samping itu, hadiah berupa pengalaman berlibur yang mengesankan dapat memperkuat ikatan sosial antara Anda sebagai pemberi hadiah dengan anak-anak sebagai penerimanya.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of Happines Studies menujukkan bahwa pengalaman ‘terhubung’ dengan keluarga secara intim memiliki peran penting terhadap kesejahteraan psikologis anak-anak di masa dewasa. Anak-anak yang pada masa kecilnya cenderung lebih terhubung secara sosial akan lebih mudah terkoneksi dengan orang lain dalam relasi yang sehat di saat dewasa.

Ide Liburan Hebat

Sedang memikirkan ide liburan yang sangat berharga dan akan diingat si kecil sampai dewasa? Anda bisa mencoba membawa anak-anak ke tempat yang benar-benar baru: suasana yang berbeda, cuaca yang berbeda, maupun masyarakat dengan budaya dan bahasa yang berbeda.

Liburan tersebut memungkinkan mereka untuk mengamati dan beradaptasi dengan hal-hal di luar zona nyaman mereka. Hal itu akan ia bawa sebagai pengalaman dan pengetahuan baru yang mungkin bisa membukakan mata mereka. Sarah mengatakan bahwa anak-anak yang belajar tentang budaya orang lain cenderung berpikiran terbuka, toleran, mudah beradaptasi, dan solutif.