Hampir semua orang tahu tentang Kota Dubai dan hamparan luas kekayaannya. Kota yang terletak di Uni Emirat Arab dan sangat identik dengan sumber daya alamnya berupa minyak bumi. Kebanyakan orang beranggapan bahwa Dubai menjadi kota kaya karena berada di Teluk Arab yang memiliki sumur minyak bumi yang melimpah. Namun, anggapan kebanyakan orang itu salah, karena pendapatan kota itu yang menyumbang sekitar $ 100.000.000.000 bagi pendapatan negaranya, ternyata berasal dari bisnis real estate, perusahaan penerbangan dan pelabuhan.
Produksi minyak bumi rupanya hanya menyumbang 7 persen saja dari total pendapatan negara itu, sedangkan sisanya dari pendapatan dari sektor investasi berat, industri dan lahan. Pemerintah Uni Emirat Arab dan Kota Dubai mulai mengadopsi metode Barat dalam pengembangan bisnis properti. Pada awal 1980-an, banyak yang memprediksi bahwa ekonomi Dubai tidak akan mampu bertahan jika hanya fokus pada bisnis sektor sumber daya minyak bumi semata. Sehingga perlu bagi pemerintah dan pengusaha di kota ini memikirkan investasi pada sektor lainnya. Salah satunya adalah investasi dibidang real estate yang sekarang menjadi tulang punggung utama perekonomian Arab.
Pada tahun 2000, sebagian besar pembangunan properti mulai dikerjakan. Hal ini memberikan dorongan segar bagi perekonomian di kawasan itu dan benar-benar menyebabkan investasi real estate di kota tersebut berkembang pesat. Masih pada tahun 2000, dunia menyaksikan pembukaan Dubai Internet City. Hal ini mengundang banyak klien global dari berbagai negara mendukung usaha Dubai memanfaatkan teknologi. Kota itu benar-benar membebas pajak di sektor tekonologi informasi, sehingga hal ini menarik banyak investor.
Pada tahun 2003 banyak investor asing yang melirik potensi besar di Uni emirat Arab dan berencana berinvestasi di sana. Menariknya, negara itu memiliki aturan bahwa pemilik properti hanya bisa memiliki properti masing-masing dalam jangka waktu sembilan puluh sembilan tahun dan tidak ada sama sekaliaturan yang disebut aturan freehold. Aturan itu tetap menarik minat investor, sehingga berdirilah bangunan Burj Khalifa yang dibangun oleh Emaar Properties, Dubai Marina, Jumeirah Village dan Burj Al-Arab, yang merupakan hotel paling mahal dan merupakan bangunan tertinggi di dunia serta proyek-proyek lain yang pembangunannya tengah berlangsung.
Burj Khalifa, sebuah bangunan senilai $ 1,5 Miliar, hingga tahun ini masih menempati sebagai bangunan tertinggi di planet Bumi. Sejak berdirinya bangunan ini pendapatan Kota Dubai meningkat secara signifikan dalam sektor pariwisata. Kemudian, ada pulau-pulau kelapa buatan (biaya konstruksi $ 12.300.000.000) juga menarik banyak wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Meski demikian, bukannya sama sekali kota ini tidak punya masalah. Sejak tahun 2008 pendapatan produk domestik bruto diperkirakan turun sebesar $ 82.110.000.000. Tidak sedikit investor yang mengurungkan proyek mereka di kota itu pada saat krisis global itu. Harga properti mulai jatuh secara signifikan dan ribuan orang yang merupakan penduduk kota itu mulai kehilangan pekerjaan mereka. Perlahan-lahan tapi pasti, kota ini kemudian seperti mendapatkan semangatnya kembali. Kota ini mulai bergolak lagi dan kegagalan hanya menjadi sejarah singkat dan pembelajaran bagi pemerintah Uni Emirat. Lokasinya yang strategis dan menghubungkan Asia dan Eropa telah memastikan peluang bisnis yang menjanjikan untuk waktu yang lama bagi masa depan Dubai.